"Sedikit" Keriwehan antara Mamak dan Putri Sulungnya

by - September 29, 2021


Berada di rumah lagi setelah bertahun-tahun mendulang berbagai banyak hal di luar rumah, akhirnya aku betul-betul tinggal di rumah orangtuaku seperti masa-masa sd dan smp. Artinya kewajiban untuk menjadi anggota rumah ini kudu dilakukan sebagaimana mestinya. Seperti membantu mamake membersihkan rumah, menyiapkan makan untuk kami, mencuci baju, menjemur baju dan segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga.

Kalau dipikir-pikir kayaknya pasti ada yang bakal beropini bahwa tugasnya semacam asisten rumah tangga, ya? Menurutku memang benar. Hampir lebih dari tujuh tahun aku tidak tinggal di rumah dengan perasaan --tanpa sedang memegang tanggung jawab apapun seperti tugas sekolah, pekerjaan dan sejenisnya--. Artinya waktu luangku di rumah sangat banyak. Apalagi saat ini kesibukanku harus berada di depan layar monitor, kadang menjadi pekerja lepas yang bisa ku lakukan untuk sementara waktu. Sebagai seorang anak aku berpikir, udah ngasih apa aja sih ke orangtua? Kecuali membuat mereka senang dan bahagia. Namanya hidup, kadang ada saja diri ini membatin kalau anak teman mamak tuh udah bisa beliin ini ke orangtuanya, anaknya temen bapak tuh udah bisa ngajak orangtuanya jalan-jalan dan sebagainya. Padahal mamak dan bapak tak pernah menuntutku untuk seperti mereka, yang penting tidak menjawab perkataan mereka ketika diberi nasihat dan manut sama yang disampaikan.

Lalu tibalah dimana ujian terbesarku sering diuji ketika berada di rumah :

MEMASAK UNTUK SARAPAN, MAKAN SIANG DAN MALAM

Yup, kegiatan ini sangat membuatku sedikit ngedumel ketika diminta membuat sarapan. Mamak sebenernya tipe yang simpel tapi dibungkus dengan riweh, kalau misal males masak ya beliau beli. Apalagi ketika aku tahu saat aku dan kedua adikku tidak di rumah. Mereka lebih banyak membeli makanan di luar dibanding masak, karena kerjaan mamak yang kadang membuatnya tak sempat masak sendiri. Bapak juga tak mempermasalahkan, paling ngeluh sariawan karena tak bisa terus menerus konsumsi makanan berpenyedap rasa a.k.a MSG. Perihal sarapan, di rumah itu wajib mengisi perut sebelum beraktivitas di luar atau memulai hari. Tentunya yang paling penting harus ada : Nasi dan Lauk Pauk. Kalau diingat-ingat lagi, ketika aku dan adikku masih kecil, aku masih SD dan di rumah masih berlima sebelum kami semuanya sekolah di luar kabupaten, mamak selalu menyediakan susu hangat. Makanya hingga saat ini, kalau ga sarapan aku pasti lemes luar biasa. 

Nah, kalau menunya sayur mayur itu disajikan ketika makan siang dan malam. Memang simpel, paling memasak nasi, telur ceplok atau telur dadar. Kalau lebih pagi lagi, menggoreng ikan atau something heavy gitu haghaghag. Perutku yang semenjak tinggal di luar rumah sudah nano-nano dan jarang sarapan selengkap ini, hanya bisa pasrah bila melihat sajian sarapan pagi ngalah-ngalahin makan siang :')... Makanya sering berbeda pendapat antara aku dan mamak ketika memasak sarapan. Mamak kudu lengkap, aku simpel. Bapak yang menikmati. hhh ga deng canda, aku sm mamake juga menikmati kalau makanannya dah jadi. 

Ketika jadi anak kos, aku terbiasa sarapan oatmilk + susu tawar atau nasi goreng dan kalau sedikit telat bangun (hehe) membeli susu kotak dan roti, bubur ayam atau nasi uduk. Tak pernah terniat dalam hatiku untuk sarapan gorengan kecuali sangat kepepet karena di rumah tidak terbiasa juga kecuali untuk snack di sore hari, tapi aku berusaha menjauhi gorengan yang sudah lazim menjadi makanan pokok mayoritas mahasiswa kala itu. Selain efek jangka panjang yang aku tahu, aku sedikit ngeri memakan makanan garing dipinggirannya. Takut tergores bibir dan bikin sakit tenggorokan. Selain itu, kalau sudah ketemu gorengan yang lezat bisa-bisa aku lupa diri. Alhasil makan gorengan terus :)

Ada lagi kebiasaan di rumah yang sering membuat mamak geleng-geleng kepala adalah, tipe makanan yang aku buat dan kondisi dapur usai aku menunjukkan bakat dalam memasak. Berantakan!!! Sebenarnya aku tak terlalu pilih-pilih makanan, apapun ku makan, kecuali yang membuat tubuhku menolak karena alergi. Nah, setiap membuat camilan apapun itu, selalu menjadi bahan bulanan orangtuaku. Seperti misalnya aku dan adikku suka scottel maccaroni, tentu beda lidah dengan bapak dan mamak yang lebih menyukai gudek, pindang atau apapun itu yang masih Indonesian Cuisine. Sedangkan aku dan kedua adikku suka bereksperimen dengan segala jenis makanan. Baik makanan khas luar negeri (hiyaa sok keluar negerian yachh) dan resep viral yang sering muncul di sosial media.

Kalau mau dikatakan bisa memasak, aku bisa memasak terutama masakan dengan bumbu dasar. Tapi, butuh pembelajaran dan latihan lagi. Karena kadang aku bisa membuat makanan itu enak dan membuat orang yang memakannya nambah lagi. Tapi, tak jarang kalau penyakit malesku kumat, aku bisa gak makan seharian karena ga masak.

Intinya, semua hal berbau perdapuran itu aku cukup mampu dalam menguasainya namun tidak ahli karena masih belajar. Tapi, cukup tahu basic-basicnya. Seperti mengolah bumbu, membedakan nama-nama rempah dan mencuci piring. Skill rumah tanggaku cukup bagus, bukan? Sayangnya aku butuh latihan agar bisa terus baik dalam mengurus rumah :D.

Hal-hal seperti tadi sering memancing sedikit keributan karena aku dan mamak berbeda pendapat. Sedih? Engga. Toh, selera gak bisa disamakan juga. Tapi, hanya permasalahan kecil kok, jadi aku anggap sebagai bumbu sama mamak kalau berbeda pendapat kami tuh hal yang amaaaaat sepele. Mau ngotot juga aku pasti kalah, jawab omongan beliau aja sudah seperti menjadi anak yang tak tahu diri alias durhaka naudzubillah. Apalagi mau ngajak debat hanya karena beda selera~ Yah, semoga perbedaan ini hanyalah sebagian kecil dan remeh temeh, mudah-mudahan engga sampai berdebat deh ya Allah apalagi sampai pujaan hati hiya ciattt.

Jadi teman-teman, menurut kalian baiknya gimana lagi kalau ada perbedaan dengan ibu tercinta atau ayah tercinta. Share di kolom komentar, yuk!

Salam hangat dari aku!

LUV

ZF.

You May Also Like

0 comments