Menjenguk Kakung

by - Oktober 22, 2021

Terhitung dari Senin, 11 Oktober lalu tepat pukul delapan pagi usai mencuci pakaian, aku ditelpon ibuku untuk berkemas menuju kampung halamannya di Lampung. Saking kaget dan aku begitu tidak suka versi dadakan emak gue, jadinya sepanjang packing barang, gue ngedumel sambil sesenggukan. Padahal gak kena marah :’). Bukan perihal berita baik, tapi kesehatan Kakung yang semakin memburuk. Membuat kami tidak bisa menunda kepergian kami esok hari. Sudah hampir 2 tahun tidak pulang ke kampung halaman Mamak, aku yang merupakan cucu pertama ikut sedih dan jujur merasa butuh liburan di kampung halaman juga. Karena di sana, seluruh keluarga besarku berada. Allah Maha Baik, memberikan keluarga besar yang sangat peduli dan saling pengertian. 

Sesampainya di RSU Muhammadiyah Kota Metro; aku, mamak dan bapak segera menuju ruangan tempat Kakung dirawat. Begitu melihat Mamak, seulas senyum bahagia --yang benar-benar bahagia-- terlukis indah di bibir Kakung. Mungkin inilah yang disebut sakit karena rindu anak perempuan satu-satunya, ya. Aku begitu terharu, sekesal-kesalnya aku dengan cerewetnya mamak yang begitu sering aku dapatkan, aku tersentuh ketika melihat Kakung dipeluk dengan erat oleh Mamak. Setelah episode pertemuan yang mengharukan tadi, ternyata info yang barusan aku dapat, Kakung mengalami gangguan di bagian pencernaan dan juga beberapa penyakit turunan lainnya yang membuatnya harus dirawat inap. Lima hari aku tak tidur dengan nyenyak. Aku tidur, tapi pinggangku ngilu, karena harus bergantian jaga dengan Mamak, Paman dan Bapak. Tapi, lebih banyak tidurnya :’, karena Mamak yang lebih paham dan aku hanya memperhatikan juga membantu bila diperlukan. 

Hari keempat ketika Dokter mengizinkan Kakung untuk pulang tetapi harus rajin check up ke rumah sakit, tiba-tiba sebuah kejadian yang membuat kami sekeluarga shock adalah ketika Kakung tak bisa berbicara normal seperti biasanya. Seperti gejala struk dan aku tak bisa menahan tangis. Karena seumur hidupku melihat Kakung, aku tak pernah melihat Kakung tampak kesulitan dan kesakitan seperti di depan mataku saat itu. Benar saja, Dokter menyarankan lagi agar Kakung dirawat inap kembali. Beliau bilang, Kakung mengalami gejala struk, sehingga butuh terapi untuk mengembalikan kesehatannya seperti semula. Aku memang tergolong dekat dengan Kakung ini, sebelumnya dua bulan yang lalu Kakekku sebelah Bapak sudah berpulang. Kaget? Tentu. Tetapi, aku sedih ketika hari-hari telah berjalan seperti biasanya. 

Ada sebuah rasa kehilangan yang hadir tak sadar air mataku menetes bila mengingat beliau. Maka ketika aku terbayang, kedua kakekku tidak di dunia lagi, rasa sedih dan tangisku kembali pecah. Begini rasanya menjadi cucu sulung dari kedua belah pihak. Dituntut untuk bisa kuat dan sabar. Tetapi, paling manja bagi mereka. Setelah Kakung diperbolehkan pulang, kami pun berkemas dan menuju desa tempat kakung tinggal. Sungguh senang! Kakung juga tak sabar. Selama membantu Mamak mengurus Kakung sakit, perubahan-perubahan drastis yang ada pada diri Kakung semakin membuatku percaya bahwa kembali menjadi anak-anak itu benar adanya. 

Tingkah kakung yang persis seperti anak kecil, mandi, makan dan buang air pun harus dipandu dengan kedua anaknya, tidak tahu apa-apa, mulai lupa dengan nama cucunya bahkan anaknya sendiri, tetapi perlahan-lahan ingatannya mulai pulih, beliau mengingatku dan juga orang-orang yang ia lupakan. Aku pun bertekad, ingin memiliki teman hidup juga rumah yang tidak terlalu jauh nantinya dengan kedua orangtuaku. Bila suatu waktu rumahku jauh, aku harus rela mengorbankan seluruh waktu, tenaga dan segala hal untuk mengurus orangtuaku ketika mereka tua nanti. Bila aku menjadi istri, aku berdoa agar suatu saat suamiku tidak malu dan sangat sigap membantuku untuk terus berbakti dengan kedua orangtua. 

Sebuah pembelajaran besar yang aku dapatkan ketika melihat Mamak, Bapak dan Pamanku yang saling bekerja sama untuk merawat ayahnya. Aku terharu dan bersyukur, menjadi cucu dari orang yang memiliki anak begitu taat dan peduli dengan orangtuanya sendiri.

You May Also Like

0 comments