Sejuta Kisah di Dunia KKN

by - September 06, 2019

Puji syukur Alhamdulillah, dunia perKKN-an selama 40 hari akhirnya kelar juga!!! Lega dan sangat bahagia akhirnya bisa menyelesaikan satu mata kuliah tersebut. Tentunya sangat sayang sekali bila cerita 40 hari KKN tidak ditulis di sini, betul apa betul?!

Foto bareng setelah makan tekwan hihi. Ini tuh sehari sebelum kami pulang usai KKN

Bisa dikatakan sangat random, karena banyak cerita yang benar-benar pengen aku bagi di sini. Selama KKN ada banyak hal yang selalu bikin kejutan. 

Jurusanku menetapkan KKN sebagai salah satu mata kuliah sebanyak 4 sks, wajib. Jadi, kudu diambil buat syarat lulus dan mau gak mau, siap atau tidak siap kudu ikut Kuliah Kerja Nyata. 

Qadarullah aku ditempatkan di salah satu desa yang berada di Kabupaten Lahat. Yup 30 menit dari lokasi rumah tempat tinggalku berada. Tau kan senangnya gimana, pikiranku waktu itu ya bisa balik ke rumah. Bila perlu PP (Pulang Pergi) tapi nyatanya, gak semudah itu teman-teman. Banyak medan yang harus dilalui, antara aku kebanyakan takut buat naik angkot karena lokasinya itu agak jauh dari kota dan diharuskan naik angkutan umum yang notabene isinya orang-orang dari sana juga dan aku masih agak asing dengan daerah tersebut. Belum lagi jiwa penakutku masih suka bermunculan, tapi Alhamdulillah aman. Karena aku suka tantangan 😅 (apasih).

Sebelum aku merasakan dunia perKKNan, aku sering memikirkan bahwa akan menjadi momok menakutkan. Yah, secara ketika kita ikut Kuliah Kerja Nyata atau KKN kita akan diharuskan untuk membaur dengan masyarakat. Baik itu para pemuda, ibu-ibu juga bapak-bapak serta para orangtua di sana. 

Aku adalah tipe orang yang sangat gugup ketika berjumpa dengan orang baru meski demikian aku cukup mudah untuk beradaptasi. Dalam hal ini orang yang tak paham mereka akan menganggap kita sebagai orang yang sombong. Yah, mau gimana lagi mereka taunya kita ini seorang mahasiswa yang pintar dan pandai dalam bersosialisasi. Alhamdulillah ketakutan itu justru menjadi sebuah euforia yang sulit dijelaskan, karena banyak suka duka yang dirasakan selama 40 hari di posko tercinta.

Hiyaaa

Ruang tengah, tempat kumpul dan bercerita

Selama KKN ada saja cerita yang datang silih berganti. Ada kisah dari masing-masing anggota KKN. Btw, kami berjumlah 10 orang dari 4 fakultas yang tentunya berbeda. Aku berdua dengan Inggit, teman sejurusanku yang sebelumnya kami sudah saling kenal. Lainnya berasal dari jurusan serta fakultas lain, bahkan aku tak mengenalnya sama sekali. Disinilah awal mula kisah kami dimulai. Mulai dari pemindahan posko yang tidak terduga. Sebelumnya kedatangan kami ini bertepatan dengan satu hari setelah pergantian kepala desa, sehingga kepala desa yang baru merupakan salah satu pegawai puskesmas yang menjabat sebagai kades sementara sembari menunggu pemilihan kades secara serentak di desa tersebut.

Sebelum pergantian kades, kades lama sudah dihubungi mengenai tempat tinggal kami selama KKN disana. Beliau menyampaikan, agar kami tak perlu repot membawa peralatan masak, kipas dan sebagainya karena sudah disiapkan satu rumah yang lengkap miliknya dan jarang dihuni. Alhamdulillah, kami senang sekali. Karena disaat mahasiwa lain sibuk membawa barang banyak, kami hanya membawa pakaian dan badan saja mengingat posko yang akan dihuni nanti berisi peralatan yang sudah lengkap. Sayangnya, saat itu pemberangkatan KKN diundur dan kebetulan pergantian kades yang lama pun sudah berubah menjadi kades sementara yang baru sehingga kades yang baru tidak mengetahui perihal tempat tinggal kami.

Alangkah terkejutnya kami ketika mengetahui tempat tinggal yang disediakan secara mendadak (btw, kades baru ini memang betul gak tahu kalau kami sudah dijanjikan satu rumah lengkap dengan perintilannya. Jadinya sempat ada kesalahpahaman antara dua orangtua yaitu kades baru sementara dan mantan kades. Belum lagi kades yang baru ini agak sedikit kocak karena beliau tampaknya pusing karena sibuk urusan desa yang secara tiba-tiba menumpuk ditambah kami anak-anak KKN yang datang).

Akhirnya Kami pun ditempatkan di Poliklinik Desa yang ruangannya itu amat sederhana. Saking sederhananya, pintu pun ga bisa tertutup rapat, tanpa ada kipas angin, peralatan masak (hanya peralatan klinik), dan benar-benar tidak nyaman karena aroma obat-obatan melebur jadi satu. Akhirnya, karena sudah terlalu lelah selama perjalanan dari Indralaya-Lahat kami pun memilih untuk istirahat sementara di tempat tersebut selama satu malam. Esok harinya kami mengangkuti barang-barang yang sudah tersusun rapi. Tapi, jujur kami senang karena bisa tinggal di rumah yang lebih nyaman. Hahaha. Satu malam sudah dirasakan tinggal di posko yang baru dengan segala perasaan was-was karena melihat kondisi rumah yang pintunya pun sulit tertutup dengan rapat.

Rumah tersebut merupakan rumah panggung dengan tiga kamar, satu ruang tamu, dan satu ruang tengah yang cukup menampung 7 orang mahasiswi a.k.a ciwi2 untuk tidur di ruang tengah. Sisanya ada tiga kamar, dan yang berfungsi hanya dua. Yang laki-laki tidurnya di ruang tamu dan kamar utama depan. Meskipun demikian, kehangatan sudah mulai dirasakan. Karena perlahan-lahan mulai mengenal satu sama lain.

Cekcok Dua Kubu Perempuan
Gak afdhal rasanya, kalau selama hidup bareng itu ga ada bumbu alias cekcok. Beruntungnya posko kami dapat anggota yang begitu peduli dengan kondisi ini. Seorang temanku dengan sebutan "Mak Inggit" amat peduli. Dan menurutku aku dan teman-teman seposko beruntung satu kelompok dengannya. Meski badannya yang besar dan lebih tua dari 7 orang anggota lain (karena tiga orang sebelumnya lebih tua dari Mak Inggit), dia lebih mengayomi dan sangat perhatian!

Mulai dari beres-beres rumah, masak, ngatur buang sampah, ngatur makan, ngatur barang di kulkas (kami ada kulkas dong), sampai mau dipijet aja sama dia. Karena sifat keibuannya meski rada garang haha, kami sangat sayang dengan Inggit. Apalagi kalau dia udah tepar, waduh rasanya ikutan tepar juga. Karena ga ada yang ngatur buat beres-beres rumah.

Minggu pertama terlewati pula. Perlahan-lahan sifat masing-masing anggota mulai terlihat. Sebenarnya ini adalah hal yang amat sepele. Sampai, si ketua posko geleng-geleng kepala melihat kami cekcok. Aku sempat ambil pusing, karena saat itu kondisi sedang riweh dan ada saja yang tak peka dengan keadaan. Dari berbagai sifat yang aku temui, ada beberapa sifat yang sangat-sangat bikin ngelus dada. Beneran! (Btw, ini sudah dapat izin dari teman-teman yak buat diceritain).

Masalahnya sih gara-gara sampah tissu yang dibiarin sama si empunya. Termasuk aku juga ikut kena getahnya karena gak ikut negur cuma bisa diem aja. Dari sini ada pelajaran yang bisa dipetik, pentingnya ngomong di depan hehe. Ada lagi nih, ya namanya juga perempuan. Sukanya dengan hal-hal berbau "ngeluarin uneg-uneg" Jadi, karena sudah amat kesal akhirnya kami sepakat buat meluangakan beberapa jam hanya untuk menyampaikan keganjalan di hati, sebelum jadi musuh pas balik KKN 🤣.

Alhasil semua uneg-uneg pun keluar dan yang laki-laki cuma bengong doang liat kami berurai air mata. Intinya, kalau kita gak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan gak tahu masalah apapun jangan asal benci dan memojokkan orang lain :). Apalagi hidup bareng dengan orang yang belum kita kenal sebelumnya 

Dikira Sombong
Sombong itu menurutku menolak kebenaran, dan benar saja itu yang sudah kami temui oleh warga di desa ini. Hal itu wajar-wajar saja, karena tabiat orang berbeda-beda. Kami menanggapinya cukup santai. Kabar burung yang datang tentang beberapa warga yang tidak suka dengan kehadiran kami, hingga akhirnya ada saja yang menganggap kami sombong karena pintu selalu ditutup. Bahkan ada yang mengira hal yang tidak-tidak. Padahal sebetulnya kami hanya butuh istirahat saja :D.

Cukup sedih karena hal itu membuat beberapa program kerja terkendala, karena sempat shock ada warga yang kurang suka dengan kehadiran kami. Tapi, berdasarkan cerita dari kelompok KKN sebelumnya memang wajar jika ada saja masyarakat yang suka maupun tidak suka, bahkan terganggu karena kehadiran kami. Namun, semuanya sudah terkendali hingga di minggu terakhir kami malah mulai dekat dengan beberapa masyarakat di sana.

Cerita Mistis Penghuni Posko
Ada cerita mistis ketika kami sudah menempati posko tersebut selama dua minggu lebih. Waktu itu kurang lebih minggu kedua aku dan teman-teman KKN menempati rumah tersebut. Beberapa kejadian ganjil dan ada penampakan yang dirasakan oleh salah seorang temanku. Hal itu diakuinya ketik esok hari, katanya ia melihat si empunya rumah muncul di dapur di dekat dispenser ketika ia sedang solat. Dan suara orang menangis di depan rumh ketika diatas pukul 11 malam. Sontak saja, kami bergidik ngeri dan mulai berjaga-jaga takut terjadi sesuatu. Namanya juga KKN, kurang seru kalau ga ada cerita mistis.

Tragedi Nabrak Mobil pas Jalan-jalan

Senyum sumringah, padahal degdegan

Ada cerita yang lebih mengharukan dan juga menjadi kisah paling favorit selama KKN. Hari terakhir dan hari itu merupakan hari bersejarah. Saat itu peluang kami untuk liburan ke salah satu destinasi wisata di Pagar Alam akhirnya kesampaian juga. Proker beres, laporan sementara juga beres dan Alhamdulillah tinggal beres-beres posko. Akhirnya pagi itu tepat pukul 8 kami memutuskan untuk berangkat menuju Pagar Alama. Saat itu juga kebetulan ada seorang anak karang taruna desa sebelah menawari kami untuk memakai mobilnya, uang bensin tanggung sendiri. Yah lumayan dengan modal nekat dan ketua kelompok jadi sopirnya, kami pun berangkat menuju Pagar Alam. Awalnya, perasaan takut dan cemas sudah lupa karena selama perjalanan teman-teman tampak bahagia. Nyanyi, senda gurau dan sebagainya. Belum lagi ini adalah perjalanan pertamaku dan teman-teman KKN tanpa dosen pembimbing.

Selama perjalanan, segala doa kami panjatkan agar senantiasa selamat sampai tujuan. Alhamdulillah mobil masuk ke kota Pagar Alam dengan selamat. Karena kondisi medan Pagar Alam yang meliuk-liuk, belum lagi tebingan yang curam, mobil kami sempat berhenti mendadak di tikungan yang agak curam. Dan disanalah peristiwa nabrak antar mobil terjadi. Karena mobil yang kami gunakan bermasalah di bagian remnya.

Alhamdulillah, bapak itu baik hati dan tidak ada kerugian yang fatal. Cukup lega, karena bapak tadi tidak meminta ganti rugi. Namun, liburan kami tak tenang karena kaca lampu mobil belakang yang kami pinjam, juga pecah. Belum lagi bodynya yang sedikit lecet. Akhirnya, liburan ke kebun teh penuh dengan perasaan cemas. Esok harinya, yang punya mobil datang dan posisinya saat itu kejadian kami nabrak mobil orang belum diberi tahu. Begitu si empunya mobil tahu, ia tampak terkejut. Kami pun takut 🤣 (Btw, yang keluar cuma laki-laki doang. Kami ngintip dari balik jendela 😜).

Antara takut biaya ganti rugi mahal, karena duit sama sekali menipis. 

Akhirnya kami pun berkumpul, termasuk di dalamnya ketua posko yang malah minta maaf karena dia nabrak mobil orang. Setelah dipikir-pikir masalah ini adalah masalah besar karena menyangkut harga diri seorang mahasiswa dan sebuah pertanggung jawaban. Eaaa...

Malam harinya, orangtua dari anak karang taurna yang pemilik mobil datang untuk menagih uang ganti rugi. Dan tadaaaa, mahal dong biayanya. Asli, drama banget! Saat itu kami benar-benar bingung. Uang hanya lima ribu, belum lagi mau pulang ada aja masalah sebelum balik KKN 🤣. Kami jadikan ini sebuah pembelajaran. Tapi, ada hal ganjil yang bikin agak senewen dengan orang yang punya mobil. Yahh, agak gimana yakan. 

Akhirnya, seorang temanku nyeletuk dan membuatku terharu,

"Pake uang aku dulu atau seadanya aja kita kumpulin satu per satu. Gimana? Nanti pas udah ada duit baru diganti di kampus."

Dub, hatiku rasanya menghangat. Sungguh, kejadian ini gak bakal dilupain. Bersyukur bisa bertemu orang-orang di KKN seperti mereka. Terus gimana reaksi orangtua si anak yang meminjamkan mobil tadi? Oh, tentu sumringah fergusso. Karena uang udah ada di tangan dan gaktaulah rincian yang dibuat itu kok bisa semahal itu 😭🤣. Alhamdulillah masalah ini kelar, dengan drama berurai air mata. Aku ucapkan terima kasih begitu besar buat kalian, guys! KKN 91 UNSRI yang satu posko denganku. Cerita ini jadi kenangan sepanjang masa pokoknya!

Seminar Desa dan Hujan Deras
Ada lagi kisah yang mengharukan. Saat itu adalah program kerja wajib yaitu seminar desa. Kebetulan sore hari cuaca agak mendung dan sedang tidak akrab. Sedangkan di desa itu tidak memiliki balai desa yang cukup untuk melakukan seminar. Sebelumnya kami memutuskan untuk menggunakan tenda (saran dari kepala desa juga), dan pagi harinya pun kami dibantu dengan beberapa warga memasang tenda. 
Ada problem lagi sebelum h- tiga jam seminar dimulai. Yaitu, undangan ternyata belum disebar. Kami pikir, ibu kades sudah membagikan undangan acara seminar, ternyata belum dong :'). Akhirnya kami berinisiatif menggunakan mikrophone masjid. Selain itu juga dengan gesit aku dan beberapa temanku yang lain mengajak warga desa dari pintu ke pintu rumah untuk menghadiri acara seminar desa (serius ini dadakan guys, sempet kecewa sih kenapa undangan belum disebar).

Akhirnya perlengkapan, konsumsi, undangan sudah lengkap. Tinggal menunggu acara dimulai saja. Satu jam sebelum acara dimulai, hujan deras mengguyur desa kami. Sedih banget karena pasti yang datang bakalan dikit, belum lagi beberapa kursi yang kami susun malah berantakan karena kena angin kencang. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam dari waktu yang sudah ditentukan yaitu pukul 7 malam. Akhirnya, meski sedikit warga dan undangan yang datang, acara tetap berlangsung dengan lancar. Alhamdulillah satu hal yang membuat kami bersyukur, pak camat juga ikut hadir dalam seminar desa tersebut. Jadi antara senang sama sedih sih 😅. Dan akhirnya acara seminar desa usai dengan lancar meskipun disambangi hujan rintik-rintik. Kami ucapkan terima kasih kepada warga desa yang telah berpartisipasi dalam kegiatan kami. Semoga bermanfaat 🙏

See you on top, ya. Anwy, maafin atas segala kesalahan dan keegoisan jika aku pernah buat salah dengan kalian yaaa. Terima kasih pembelajarannya, teman-teman. Dan buat yang sudah kelar membaca ini, terima kasih juga ya. Ambil baiknya, yang buruk jangan diambil hehe. 

(Mohon maaf nih kalau banyak typo. Maklum ngetiknya pake HP)



You May Also Like

0 comments