Suasana dan Hari Pertama bergabung IPML

by - Oktober 01, 2022



Bingung mau menuliskan apa bila ditanya bagaimana perasaanku ketika mendapat surel yang menyatakan bahwa aku lolos Inkubator Peneliti Muda Lanskap. Mungkin bagi sebagian orang hal ini adalah biasa, biasa banget lah. Tapi, kadang aku mikir kalau hidup setiap orang itu punya porsi masing-masing dan cara mengekspresikan kebahagiaannya juga berbeda. Tinggal kitanya saja yang mengatur porsi. 

Nah, ceritanya akhir 2020 lalu aku juga mendaftar program di lembaga yang sama saat ini. Aku sadar, saat wawancara pada hari itu aku betul-betul tidak siap dan terdistraksi dengan hal-hal yang tidak penting. Alhasil, aku tidak lulus. Jujur sedih :(, karena saat itu keinginan besar setelah lulus kuliah mengikuti program tersebut. Sempat terlempar jauh bekerja di tempat yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. Itu sebabnya, aku sering membuat slogan untuk diriku yaitu sarjana kutu loncat. Habisnya, aku cepat bosan dengan rutinitas yang begitu-begitu saja (wkkw pembelaan mode on).  Resign dari tempat lama pun meski bisa dihitung ku harap tak ada lagi undur diri setelah menemukan tempat yang benar-benar tepat! (wkwkw, semua orang juga gitu kali). Sejak hari kegagalan itu, aku mencari kegiatan lain yang menjadikanku lupa mengenai kegagalanku kemarin. Ngomongin bisa gabung lagi, waktu itu aku ingat betul sebuah DM masuk di akun instagramku. Temanku membagikan postingan terbaru mengenai perpanjangan registrasi IPML. Yaudin, karena dasarnya gak mau kalah sama gagal tahun lalu, akhirnya aku apply sesuai persyaratan yang tertulis di website resminya.

Oh ya btw, program yang sedang aku ikuti dikenal dengan Inkubator Peneliti Muda Lanskap atau IPML. IPML merupakan salah satu proyek ICRAF (World Agroforestry) yang bekerja sama dengan pemerintah Kanada. Tahun ini ICRAF membuka kesempatan bagi lulusan muda untuk mengikuti program yang berfokus pada adaptasi dan mitigasi iklim, komunitas rentan termasuk di dalamnya perempuan dan anak-anak perempuan. Program ini bertujuan untuk melakukan upaya mitigasi, meningkatkan ketahanan pangan, sekaligus mampu beradaptasi dengan dampak buruk dari perubahan iklim melalui partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan terkait lingkungan dan komunitas. Menjangkau 3 provinsi yaitu Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Untuk Sumatera Selatan sendiri itu fokusnya adalah Mitigasi Perubahan Iklim, sedangkan NTT dan Sulsel adalah Adaptasi Perubahan Iklim.

Tahapan kegiatan sebelum menjadi calon peneliti muda yaitu mendaftar dan seleksi. Usai dinyatakan lolos, kita akan melalui beberapa tahapan lagi, yaitu Inkubasi. Selama tiga minggu, para peserta IPML akan diasah kemampuan dan mentalnya dalam sebuah "kuliah" secara daring dan luring. Pengisi materi diantaranya merupakan peneliti ICRAF dan akademisi dari berbagai universitas. 

Sebagai eks mahasiswi biasa yang mana ilmu-ilmu yang di dapat dulu tak selengkap ini. Makanya ketika gabung IPML aku merasa terlahir kembali, seakan-akan otakku direfresh untuk belajar 😀


Hari pertama pembukaan program merupakan sesuatu yang cukup berkesan. To be honest, ketika memasuki ballroom tempat acara pembukaan IPML aku merasa insecure karena para pesertanya keren-keren aku mah apa atuh :'). Ada yang sebelumnya bekerja menempati posisi yang keren, ada yang sedang menyusun tesis, ada yang seorang brand ambassador sebuah lembaga, dosen muda dan ada juga orang2 berpengaruh ketika di kampusnya. Meski rasa insecure itu hadir seketika lenyap ketika mulai mengobrol dan saling kenal satu per satu. Humble parah!!!

Nimbrung ngomongin apa? Tanyakan pada translator

Meski baru hari pertama pembukaan, aku mulai merasa nyaman dan siap untuk mengisi gelasku yang kosong. Berada di sekeliling mereka aku ini bukanlah apa-apa, bahkan aku seperti manusia yang siap untuk mengisi gelasku. 

Kegiatan pembukaan ini berlangsung hanya satu hari. Karena esoknya peserta harus kembali ke rumah masing-masing untuk melakukan inkubasi online selama dua minggu, lalu dilanjutkan  secara offline selama satu minggu.

Inkubasi Online | Serasa Kuliah Lagi😁

Situasi dan kondisi belajar online

Sebagai lulusan angkatan corona, aku tidak merasakan kuliah secara daring. Karena saat itu aku sudah menyelesaikan studi strata 1 meski tak ada wisuda. Sehingga, ketika melakukan kegiatan seperti kelas online dan diskusi online sedikit kagok. Ya gimana, biasanya juga bertemu secara langsung tiba-tiba dan mau tidak mau harus mengandalkan pertemuan yang menampakkan wajah di layar monitor. Selama mengikuti kelas online, rasanya super melelahkan tetapi menyenangkan. 

Kelompok Belajar 4 ^^
Kiri ke kanan atas : Gading, Zuha, Winggi, Kak Dila, Rima, Mba Novi
Kiri ke kanan bawah : Bang Harry, Zikri, Kak Habib, Azzikri, Safri, Noris

Kelas dimulai pukul delapan pagi hingga empat sore. Sebenarnya ada tambahan lain di luar itu, yaitu diskusi dengan kelompok belajar. Biasanya kami melakukannya setelah isya dan berakhir dengan ruang zoom yang masih aktif di tengah malam (ya taulah akunya kemana pasti tidur duluan). Maaf ya rekan-rekan KeJarku ^^. Tapi, aku ngerjain tugas kok peace ✌😁.

Inkubasi Offline | Belajar Bersama Lucbi Casava 

Hari yang ditunggu pun tiba yaitu kegiatan inkubasi secara luring di lokasi Wisma Atlet Jakabaring. Satu minggu penuh kami mendalami tools yang akan digunakan selama di lapangan nanti. Awal-awal dengar tools agak kurang paham, pikirku tools itu semacam peralatan kayak software atau palu dll. Ternyata tools itu semacam metode atau istilah lainnya fokus penelitian gitu haha. Oh ya ada lagi, pertama kali mendengar namaku disebutkan menjadi tim anggota Lucbi Casava, agak kaget karena aku tidak memilih konsentrasi tersebut. Eh, kok malah nyaman haha. Jadi selama di kelas kami melakukan pendalaman dan simulasi FGD. Seumur-umur, baru kali ini aku paham dan mengerti kenapa FGD itu butuh ilmu. Karena dalam benakku, FGD semacam diskusi yang memaparkan sesuatu saja seperti pemaparan presentasi. Ternyata ada teknik yang harus dikuasai. Sempat bingung sih, karena di awal masuk kelas aku benar-benar planga plongo ga paham apa yang dimaksud dengan pemaparan dari kedua pemateri di kelas. Namun, hari kedua hingga seterusnya aku mulai paham dengan bahasan tersebut.

Lucbi Casava Team 
Kiri ke kanan atas : Kak Habib, Era, Zuha, Kak Novia, Uswah, Bang Ahwan, Rico, Ali
Kiri ke kanan bawah : Rama, Ilham, Kak Renaldi


Selama melakukan aktivitas di inkubasi ini, aku merasakan dampak yang cukup banyak. Terutama rasa takut untuk memulai itu muncul. Berada di lingkungan ini, aku benar-benar seperti diajari tetapi tanpa digurui. Terima kasih kakak-kakak pembimbing Kelompok Peneliti LUCAS!!! Selain itu, menggarap fokus proyek yang menjunjung kesetaraan gender, berada di sini rasanya betul-betul dimuliakan sebagai seorang perempuan. Tidak ada batasan untuk mengusulkan atau memberikan pendapat. Bahkan, para laki-laki tampaknya antusias banget kalau perempuan berpartisipasi. Ini nih circle yang oke banget bagi kalian yang suka berdiskusi. Gausah malu kamu salah atau punya opini berbeda, mereka memaklumi dan ku kira sudah paham juga kalau setiap kepala itu memiliki persepsi yang lain.

suasana simulasi FGD Lucbi Casava

Anak-anak LUCAS terima kasih sudah menjadi rekan belajar yang baik dan positif. Apalagi tak ada hari tanpa ketawa di kelas. Aku yang receh ini sampai di kamar pun kalau terbayang kocaknya mereka melakukan simulasi FGD, aku sering ketawa saking lucunya. Meski pada akhirnya kami terpisah menjadi dua tim, but thank you for our togetherness😊.

Menuju Desa Uji Coba | Bertemu Masyarakat Desa Langsung

Usai satu minggu melakukan pendalaman tools di dalam ruangan, akhirnya kami melangsungkan kegiatan ke lapangan. Menuju desa uji coba yang mana bukan sekadar uji coba, tapi betul-betul mengambil data ke lapangan dan bertemu masyarakat secara langsung. Karena selama ini hanya simulasi, maka ternyata yang aku temukan di lapangan itu bentuk-bentuk warga yang kami perankan selama simulasi betul adanya. Sebagai tipe manusia receh, aku sering menahan gelak tawa kalau membayangkan kegiatan simulasi di ruangan. Maka dari itu, aku berusaha untuk tidak mudah tertawa supaya tetap slayyy wkwkw. Ga ding, tapi supaya tetap fokus dan serius ketika pengambilan data. Dua hari kegiatan kami berlangsung di desa uji coba dan hamdalah berjalan lancar meskipun ketika dalam perjalanan kami diguyur oleh hujan deras tetapi mobil yang kami tumpangi tidak mengalami kendala apapun.

berpose pada hari terakhir di desa uji coba 


Ga terasa waktu berlalu begitu cepat. Kami menyadari bila tiba saatnya menuju desa pilot yang mana kami akan mengambil data lapangan selama kurang lebih 40 hari. Catatan perjalanan di desa pilot akan aku rangkum segera yaa pembaca setia blog-ku :). Semoga terhibur dan bisa diambil baik-baiknya dari catatan pertama menjadi #PenelitiMudaLanskap dalam project #Land4Lives 

See you on the next post.
Have a nice day, everyone! 💗

Salam, #LahanUntukKehidupan 



You May Also Like

0 comments