Ketika Peranku menjadi Tenaga Pendidik SD | Zuha si Kutu Loncat

by - Januari 22, 2022

Mumpung masih inget dan masih fresh dalam ingatan, aku mau cerita tentang beberapa kisah selama menjadi seorang tenaga pendidik di sebuah sekolah swasta yang kebetulan jaraknya sangat dekat dengan rumahku. Sekolah ini sangat baru, kalau dia seorang anak kecil mungkin telah duduk di kelas dua SD. Murid di sekolah ini pun gak sampai ratusan orang, sehingga ketika aku berada di kelas untuk mengajar itu sangat terasa kedekatannya dengan para siswa dan siswinya. 

Cerita ini bermula ketika aku dan rekanku kebagian jadwal untuk sosialisasi sekolah kami, yaa kurang lebih mempromosikan ke masyarakat. Namanya sekolah swasta tentu ada banyak pertimbangan para wali murid untuk memilihkan sekolah terbaik bagi putra/putri mereka. Aku pun sangat banyak mendapatkan poin-poin penting sebagai bekalku kelak ketika diizinkan Allah menjadi orangtua.

Pemberhentian pertama adalah TK yang terletak sekitar 20 menit dari sekolah tempatku bekerja, sebut saja TK A. Nah TK ini bersebelahan dengan SD tempatku mengenyam pendidikan sekolah dasar dulu. Meskipun tak asing bagiku, tempat ini sudah banyak berubah. Mulai dari kepala sekolahnya (yang ternyata beliau adalah guru Bahasa Arab favoritku dulu) dan aku berkesempatan bertemu dengannya meski hanya beberapa menit :D. Lalu kami diarahkan untuk masuk dan berbincang dengan wakilnya di kantor. 

Sesampainya di dalam kantor, sang Ibu langsung menyambut tujuan kami dengan mengangguk-angguk lantas berkata,

"Wah, sekolah yang baru itu ya. Kalau tak salah sekolah baru kan?" tanyanya

"Sudah berjalan 7 tahun bu." Jawab rekanku

"Kalah gesit kalian. Itu Sekolah A yang baru berjalan tiga tahun, wah muridnya pada ngantri. Malah sekarang sudah tutup lo pendaftarannya."

Aku dan rekanku saling tatap,

"Oh ya?"

"Iya, jadi sekolah itu sekarang jadi target orangtua. Katanya bagus, ada antar jemput juga."

Kami berdua mengangguk. 

"Tapi tenang, ini brosur akan kami bantu sebarkan ke wali murid. Yang penting semangat semoga tahun ini murid2nya sesuai target." Terangnya sembari tersenyum

Setelah berbincang singkat, kami pamit dan melanjutkan perjalanan menuju 5 TK lainnya. 

Pintu tiap pintu sudah kami ketuk dan mereka menyambut dengan hangat. Tetapi sama saja, rasa penasaran kami semakin tinggi ketika tiap-tiap kepala sekolah yang membahas sekolah baru yang katanya membludak para pendaftarnya itu dibahas. 

Sampai di suatu TK seorang Kepala Sekolahnya bilang,

"Kita tu kalau nyari sekolah untuk anak sendiri harusnya ga usah ikut-ikutan. Ini saya sampai ga tega liat anak didik di TK ini tahan ortunya tambah satu tahun biar bisa masuk sekolah sana, alasannya biar kayak temen-temennya."

"Belum lagi, kalau sekolah yang muridnya banyak. Perhatian seorang guru pasti juga terbatas." lanjutnya

Seketika aku teringat ketika aku duduk di bangku SMP. Aku dulu bersekolah di salah satu sekolah negeri favorit di daerahku. Ga main-main, jumlah muridnya satu kelas itu 30an per tingkat. Setiap tingkatan itu ada 11 lokal. Bisa dibayangkan gimana ramainya ketika bagi rapot? Sehingga ada pembagian kelas, kelas pagi dan siang. Bener-bener luar biasa ketika sekolah siang, nilaiku anjlok karena ngantuk di kelas. Belum lagi nih, perhatian guru itu minim banget guys :'). Aku yang di SMP bukan tergolong anak yang berprestasi, manut sama peraturan dan ga banyak ulah jadi wajar kalau kebanyak tidak ada guru-guru yang ingat, kecuali kalau aku bikin onar. Mungkin bakalan inget. Sampai sekarang pun aku tak tahu apakah guruku ada yang ingat denganku, paling aku yang ingat mereka. Ya guru kan manusia juga, bestie. Ingatan mereka pun seperti pada umumnya, kecuali bagi guru-guru yang memiliki daya ingat sangat kuat.

Karenanya aku merasa mendapat sinyal ketika menjadi orangtua nanti bagaimana seharusnya mencari sekolah yang memang bagus (menurut kita) untuk kebaikan anak-anak kelak. 

Memang, keberhasilan seorang anak itu 100% bukan dari sekolah. Tapi, di rumah. Hanya saja, anak-anak butuh dilatih agar bisa bersosialisasi dengan lingkungannya sejak dini. Kalau tidak maka mereka akan sulit menerima hal-hal baru yang mana itu sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya (sorry, mungkin masih banyak kurang tentang parenting apalagi belum menikah dan belum punya anak jadi kalau ada kurangnya bisa diberi masukan yaa).

Yup, kerjasama guru dan orangtua itu harus dibentuk sebaik mungkin agar visi misi sekolah yang sesuai dengan value orangtua itu bisa dijalankan. Misalnya, ketika anak gak buat PR orangtua itu seharusnya memberi contoh yang baik yaitu dengan mengingatkan dan membimbing anaknya ketika mengerjakan PR. Bukan malah orangtuanya yang membuat PR. Itu sama saja mengajarkan anak untuk berbohong dan tidak mandiri. Kalau seperti ini terus, bagaimana mengajarkan anak untuk menjadi seorang yang jujur dan mandiri?

Lagi dan lagi pendidikan di Indonesia itu masih belum sepenuhnya baik, masih dalam konteks formalitas yang penting "sekolah" padahal tujuan sekolah itu sendiri tidak hanya membentuk siswa yang pintar di akademik, namun juga supaya belajar bersosialisasi dengan baik sesuai dengan aturan. Jujur sebagai tenaga pendidik dari lintas jurusan saja aku merasakannya. Bukan karena menjadi anak kemarin sore yang baru ngajar terus nulis ini. Ini hanya opini pribadiku yang ku temukan di lapangan. Aku merasa guru-guru yang sangat sabar dan totalitas dalam mengajar itu sangat keren. Bahkan aku merasa mereka memiliki kesabaran yang luar biasa. Terutama mereka yang bisa bertahun-tahun mengajar anak kecil, yang ditanyakan selalu diulang, yang ribut berkepanjangan dan tentunya hal-hal yang hanya guru sendiri yang paham. Bagaimana pilah pilih murid yang memiliki daya tangkap tinggi maupun rendah, murid yang cerdas atau tidak itu terlihat sekali. Yang jadi pertimbangan itu justru murid yang berada di tengah-tengah antara cerdas atau biasa saja. Mereka santai, diperhatikan atau tidak yang pasti mereka sekolah dan tampak baik-baik saja. Padahal mereka sama-sama peserta didik kan?

Aku gak tahu, apakah teman-teman tenaga pendidik yang berasal dari jurusan pendidikan dan keguruan merasakan hal yang sama? 

Mari berbagi cerita di kolom komentar :)

Semoga hari ini indah!

Cheers 💕




You May Also Like

0 comments