Puasa Hari Pertama di Kosan (lagi)

by - April 02, 2023


Memasuki puasa hari ke dua belas (kalau ga salah hitung) ternyata waktu sangat runcing dan gesit seperti pedang~
Bukan mau ngeluh gegara puasa tahun ini ga di rumah. Tapi, pengen nulis tentang secuil keseharianku selama bulan ramadhan di kosan. 

Tahun 2022 lalu selama bulan puasa aku masih di rumah dengan status full time anak buah pak bas (sebutan bapake). Buka puasa dan sahur juga bareng orang tua karena belum punya suami :p (ealah). Nah tahun ini, aku kembali merasakan sahur dan buka puasa sendirian di kosan. Hamdalah, bisa merasakan hidup kembali seperti mahasiswi walaupun kali ini biaya hidup tidak lagi ditanggung oleh orangtua :3.

Semenjak hampir tiga bulan berada di sini, kadang-kadang aku rindu dengan omelan mamak saat aku susah bangun untuk sahur. Entah kenapa, ketika tinggal sendirian malah mudah banget buat bangun sahur. Bahkan aku yang malas-malasan masak, tiba-tiba jadi rajin. Tiba-tiba senang masak. Tiba-tiba senang ini itu yang di rumah biasanya ogah-ogahan.

Namanya di desa, jadi suasananya tenang walaupun kadang-kadang sering kaget suara motor jambrong yang bikin telinga ga nyaman karena suaranya yang cempreng. 

Selain itu, baru aku tahu kalau di sini ada namanya pasar bedug. Pasar bedug biasanya menjual makanan untuk berbuka puasa atau takjil, cukup banyak pilihan. Tapi, aku belum tertarik mencobanya. Kemarin hanya sekadar lewat dan melihatnya sekilas. Menggoda memang.

Nah, selain pasar bedug. Fakta lain yang ku temukan di sini adalah tidak ada indomaret atau alfamart. Aku yang hobinya jajan di minimarket tersebut, kini mulai jarang. Alhasil, lebih memilih untuk bikin camilan sendiri di kosan. Walaupun yang dibikin itu-itu doang xD.

Oke dimulai di pagi hari...

Tahun ini tidak ada resolusi ramadan yang muluk-muluk. Cukup dengan tidak tidur usai sahur, konsumsi sayur lebih sering, minum air yang cukup dan tentunya tidak berlebihan ketika berbuka. 

Tumis sawi putih telur dan ikan goreng

Menyadari umurku di tahun ini akan memasuki seperempat abad, aku merasa butuh udara segar untuk hidup lebih sehat. Yah, walaupun masih suka cheating makan mi di malam hari pas nonton drakor maka aku berusaha untuk memberi batasan dalam hal tersebut. Bisa kan ya?
Bisa dong...

Setelah berhasil tidak tidur usai sahur dan usai subuh, biasanya memasuki duha aku ngantuk parah. Maka biasanya aku akali dengan jalan-jalan kecil di teras depan kosan atau kalau sudah betul-betul ga kuat menahan kantuk, aku tidur beberapa menit dan bersiap untuk ke lokasi tempatku bekerja. 

Ketika di siang hari, ini adalah waktu-waktu krusial apalagi saat matahari berada tepat di atas kepala. Nah, kalau pagi rasa lapar itu kuat banget kan biasanya sarapan (tolong, manusia ini padahal baru sahur) sedangkan di siang hari rasa haus yang luar biasa. Sebabnya, aku memilih untuk tidur siang (itu pun kalau sempat) biasanya. 

Sore hari, ketika memasuki waktu ashar sudah waktunya mikir mau makan pake apa. Takjil apa. Esnya apa. Hufffft... paling gampang dan menurutku ternyata cukup adalah dengan air mineral dan kurma. Serius, selama ini aku gencar buat nyari takjil kayak es buah, sop buah, jajan-jajanan dan sebagainya. Ternyata, berbuka dengan kurma dan air mateng aja itu sudah cukup. Yaaaa, gak masalah kalau mau jajan. Hanya saja, kalau jajanannya ga habis dimakan itu sayang banget.

Baru-baru ini aku ikut buka bersama dengan tetangga kosanku. Jadi, mereka membuat jamuan dan suguhan yang luar biasa banyak untuk anak kosan seperti kami (cieelah anak-anak). Alhasil, aku yang selalu ga enakan kalau menolak pemberian apalagi sudah disediakan di depan mata sulit menghindar. Maklum, anaknya kalau dah sayang tu sayanggg banget #eh maksudnya kalau mubazir dan rasanya ga tega aja kalau makanannya ga habis (ini yang bikin sulit, padahal maunya defisit kalori. But why, so difficult? T.T xixi).

bertemu tetangga kosan yang ramah dan baik^^

Malam hari...
Ramadhan identik dengan solat sunnahnya yang memilki banyak keutamaan yaitu, solat tarawih. Heu, dipikir-pikir aku solat tarawih di masjid sejak tahun 2016 sampai sekarang sudah jarang di masjid. Why? Bisa dilihat kondisi yang hmmm sepertinya lebih baik di rumah saja. Sedih sih, tapi gimana sikonnya. Jujur kangen masa-masa pas masih kecil. Semangat 45 begitu membara dari awal puasa sampai akhir untuk selalu solat tarawih. Hihi.

Btw, jarak kosan ke masjid itu kalau jalan kaki kurang lebih sekitar sepuluh menit. Tapi, kalau berkendara dengan motor hanya tiga menit. Belum lagi daerah di sini ga ada lampu jalan dan masih banyak hutan. So, mendingan di rumah aja.

Yaaa, sekian sejumput kisah tapi bukan garam yang dicubit buat bumbu masakan selama ramadan di tanah tunggu tubang ini. Yaaa semoga bisa jadi bacaan yang bermanfaat :).
Jangan sungkan untuk meninggalkan jejak di kolom komentar, kawan <3.

Salam hangat dari aku, 
Happy fasting everyone!

LUV!
ZF

You May Also Like

0 comments