First Time in My New Work Atmosphere | Tanah Tunggu Tubang

by - Februari 10, 2023

Sudah hampir empat minggu aku berada di sebuah desa kabupaten Muara Enim. Tepatnya di Kecamatan Semendo Darat Laut. Pekerjaan yang membawaku ke tempat ini, bertemu dan meninggalkan jejak rekaman kehidupan pada lingkungan dan tempat yang baru (lagi). Setiap Senin pagi usai subuh, aku berangkat menuju lokasi mobil angkutan desa "ngetem" di depan rumah sakit umum Lahat. Tepat pukul enam pagi, mobil tersebut berangkat menuju Semendo. Aku menyebutnya mobil keranjang, karena bentuknya seperti keranjang hehe. Lebih dari itu kita harus menunggu mobil angkutan lain di waktu yang agak siang sekitar jam sembilan hingga sebelas. Dua jam setengah di perjalanan meski bosan dan ngantuk, tapi kalau lagi beruntung dan tidak hujan maka kita bisa dengan leluasa menikmati panorama alam yang disuguhkan. Indah banget! Pertama kali aku tiba di Desa Muara Dua, Semendo Darat Laut yang aku rasakan adalah suhunya yang dingin. Benar kata mamak, kudu mengenakan jaket. Untung aku nurut, jadi terbantu meskipun sebenarnya masih saja rasa dingin begitu menusuk tulang.

lukisan alam ciptaan Tuhan memang tak pernah habis untuk dinikmati. ini baru sefruit bentang alam 

Semendo, merupakan daerah yang terkenal dengan satu tradisinya yaitu Tunggu Tubang. Sejauh yang aku tahu, tradisi ini telah dilakukan oleh masyarakat semende secara turun temurun yang mengatur tentang pembagian harta warisan dari orang tua kepada anak perempuan tertua. Hingga kini adat atau tradisi ini masih berlaku.

Sebenarnya pembahasanku bukan tentang itu sih, tapi hanya sekilas saja menyenggol tentang tradisi tersebut dan menurutku unik. Karena memang setiap daerah di Indonesia maupun di dunia sekalipun ada filosofi yang diangkat dan itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat tempo dulu, sekarang dan akan datang.

rumah panggung. ciri khas bangunan tempat tinggal masyarakat Semendo

Sejauh perjalananku hingga kini, setiap melewati jalan dengan jejeran rumah panggung dan penduduk yang beraktivitas seperti biasanya mempunyai daya tarik tersendiri. Kegiatan masyarakat yang menjadi ciri khas di tiap desa, terutama di sini. Baik pagi maupun sore hari. Ada yang bersiap mau ke kebun, ada anak-anak kecil yang menggunakan busana muslim menuju surau atau masjid untuk mengaji di sore hari dan juga ibu-ibu yang duduk-duduk bercengkerama satu sama lain dan sebagainya. Satu hal yang ku dapatkan dari sifat mereka adalah orangnya ramah. Mau kamu ga kenal sama mereka, kalau kamu senyum pasti mereka bakal senyum balik dengan sangat manis! 

Minggu pertama berada di sini, hujan turun dengan deras setiap hari berturut-turut. Wajar saja kalau suhu udaranya rendah bahkan aku sampai menggigil dan demam di hari ketiga😳. Lokasi tempatku bekerja berada di pusat desa Muara Dua, kurang lebih seratus meter dari kantor desa Muara Dua. Kami menyebutnya sebagai Agrohouse (meski jauh dari ekpetasiku dulu wkwk). Pekerjaan yang mana tugasnya tidak mantap di dalam ruangan, lebih sering mengunjungi petani dan melakukan pertemuan yang berkaitan dengan role kerja.

Sebagai pekerja lapangan, kadang yang menjadi hal mengkhawatirkan bagiku adalah takut padahal belum mencoba. Aku termasuk manusia yang mudah cemas ketika akan keluar rumah untuk bertemu orang baru di sebuah kegiatan, terutama orang yang jauh lebih tua dariku. Bahkan pernah suatu waktu perutku mual dan kepalaku pusing. Hanya saja, setelah ku paksa untuk keluar dari zona tersebut semuanya hilang. Meskipun energiku terkuras habis tetapi tetap saja, aku mau tak mau harus menikmati walaupun lebih banyak diam memerhatikan.

viewnya, maa sya Allah cantik banget!

Bekerja di lapangan itu memang harus kuat mental. Harus sok akrab namun tetap menghargai batasan dan paham menempatkan sesuatu pada tempatnya alias yaa punya attitude lah. Selain itu juga minimal tahu bahasa setempat kalau pun benar-benar tidak tahu banyak-banyaklah bertanya. Gausah malu dikatakan telmi, banyak tanya dan sebagainya. Malu bertanya, salah kaprah kan ga enak wkwk. Tapi, atur sebaik mungkin supaya tidak terlihat bego banget. Nanti malah dibodohin jadinya kan riweh. Belajar dari pengalaman sebelumnya, aku persis kaya batu yang planga plongo melihat lawan bicaraku gatau ngomongin apa. Akhirnya ku beranikan untuk bertanya dengan mengambil kata yang menurutku itu kunci dari sebuah pembahasan tersebut.

Karena tidak pandai memulai obrolan, tetapi pekerjaan ini menuntutku untuk berinisiatif memulai berbicara maka trik pertama yang aku lakukan biasanya bertanya kabar dan kondisi atau aktivitas pertanian di kebun kopi. Selanjutnya lawan bicaraku (biasanya bapak-bapak) akan banyak menjelaskan panjang lebar haha dan aku pun lebih banyak menjadi pendengar, tapi sayangnya malah canggung kalau obrolannya habis. Sulit sekali, ya. Tapi, lama-lama aku nikmati. Susah cuy, buat memulai obrolan apalagi dengan orang baru walaupun susah bukan berarti ga bisa. Just one key, if wanna make a conversation you must have attitude to make other feels that you are right person to them and be humble

Intinya kalau ngobrol itu yang sopan dan juga banyak-banyak ikut orang diskusi biar dikenal dan mengenal orang baru. Dengerin aja dan ngangguk kalau misalnya ga sengaja melakukan eye contact. Kalau ga setuju dengan sebuah opini ya ga perlu disanggah, kalau mau disanggah ya harus kuat juga dasarnya dan jangan sok pinter. Kalau sok pinter, siap-siap saja dicap jelek dan tidak punya attitude xixi. Selain itu yang menjadi tantangan utamaku adalah asap rokok. Ya begimane, kerja gini ketemu bapak-bapak ga jauh-jauh tuh dengan yang namanya asap rokok. Duduk bentar aja deh, mulai ngudut hiks... Alhasil kudu nyetok masker dan tissue banyak-banyak buat nutup hidung. Nah, kalau dah gini biasanya aku minta izin untuk sedikit menjauh dan bilang kalau ga bisa kena asap rokok. Mereka maklum kok, yakali ga maklum. Karena ga mungkin juga aku harus bilang "stop pak, dilarang merokok." LAWAK KALI, DIUSIR GUA DARI DESA HAHAH.

Ada lagi yang membuatku menjadi shock setelah hampir satu bulan tinggal di sini. Sulit sekali menemukan sarapan, makan siang bahkan makan malam yang pas rasanya. Seenggaknya "normal" deh. Makanya memang paling bener ga laki atau perempuan itu kudu bisa masak, minimal basicnya aja deh kayak tumis menumis, bikin sayur bening atau ceplok telur dan sejenisnya. Jujur, pertama kali ke sini aku beli lauk. Jadi yang ada di etalase depan warung makan tinggal lauk ayam rendang gitu, karena tidak ada pilihan lain aku pun membelinya. Kaget sih pas tanya harga, ya Allah harganya 15ribu dong :') (bangkrut juga lama-lama kalau belanja gini tiap hari) Ya emang gede banget sih dagingnya, sampe aku gamau makan. Liatnya aja sudah kenyang duluan. Besok-besok aku pun membawa lauk kering dari rumah, tapi ya namanya di sini tinggal ga sehari dua hari kita juga butuh makan yekan. Aku pun berusaha mengelilingi pasar terdekat, ternyata sami mawon pemirsa wkwk. Sate pun juga ala kadarnya bahkan waktu itu aku mau minta pake sambal, sambalnya minta ke warung sebelah dong :'). Ya namanya laper daripada masuk angin, tetep gue hajar. Tapi, gak masalah sih soalnya melihat kondisi tempat yang memang bukan khusus untuk wisata kuliner diriku sangat memaklumi. Meski di sini bukan ahlinya tempat kulineran, kopinya jangan ditanya. Siapa sih yang ga kenal dengan Kopi Semendo? Bahkan luar negeri pun tahu kalau produksi kopi di sini rasanya memang mantap! 

kopi dan roti goreng buatan ibu haja dani, uenakkk!!!

Sebagai penggemar kopi, aku mengakuinya kalau kopi semendo itu enak dan tentunya punya khas tersendiri. Kebanyakan petani di sini merupakan petani kecil dengan produksi kopi yang per tahunnya jauh dari rata-rata. Belum lagi kalau harga kopi dunia tidak stabil, tambah kasian dong dengan petani. Tapi ya gimana lagi, kopi merupakan komoditas utama masyarakat Semendo. Jadi tidak heran, kalau mereka nyaris pusing misal hasil kopi dan harga kopi juga turun.

Biasanya memang terbagi beberapa jenis produksi kopi, ada jenis petik merah yang sudah jelas dikatakan kualitasnya bagus, tidak menutup kemungkinan bagi petani yang skala kecil memiliki kualitas yang sama seperti petik merah tetapi sangat sulit. Belum lagi kadar air dan visualnya yang terlihat. Tergantung dari pengelolaan kebun kopinya, keunikan budaya dan juga tempat. Petani di SDL rata-rata menanam kopi jenis robusta, sedangkan di Semendo Darat Tengah hingga Semendo Darat Ulu mereka mengembangkan produksi kopi Arabica. SDL sendiri merupakan dataran yang lebih rendah dibandingkan SDT dan SDU sehingga jenis kopinya pun menyesuaikan ketinggian tempat. Makanya banyak petani kopi smallholder insecure dengan hasil kopi bila dibandingkan dengan petik merah. Ya kualitasnya saja beda, pasti harganya juga beda. Sehingga mereka mengharapkan pembinaan untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi.

kopi lagi wkwk. suka banget sama gorengan ubi yang dipotong-potong. manis dan renyah.

Oke, kayaknya bahas kopi-kopi cukup sini dulu deh. Khawatir terlalu jauh padahal belum ahlinya. Doakan saja~ ^^

Ngomongin soal kopi, aku jadi ingat ketika awal aku berkunjung ke rumah petani selalu disuguhi kopi maka saking menghargai si pembuatnya, selalu aku habiskan. Kalau sehari bertamu itu tiga kali, ya tiga kali juga aku minum kopi. Sampai-sampai aku mulai merasa asam lambungku kambuh :). Makan ga enak, bawaannya mual dan juga demam. Belum lagi, pola makanku yang berantakan. Baru beberapa hari ini sudah mulai ku atur lagi. Jadi, ada suka dukanya perihal ngisi perut haha. 

Pekerjaan ini memang gak mudah, bahkan sedikit tricky karena butuh effort untuk mental dan juga "energi" terutama bagiku yang mudah "lelah". Bagiku ini hanyalah mood swing pada umumnya, bisa jadi aku laper :P, PMS atau memang kurang istirahat. Maka dari itu, pelarianku ketika sudah tidak karuan mood, segera aku cari cara yaitu menghubungi orang-orang yang aku sayang cie elah... Tapi, bener itu ampuh banget. Atau ketika semuanya sulit dihubungi, pelarianku adalah keliling desa dan nangis di pojokan kamar (ini lega banget, serius!). Btw, ga perlu malu ya buat nangis. Menurutku itu adalah bentuk dari mengelola emosi. Karena itu normal. Ketika semuanya semrawut sebenarnya ini tidak lama. Hanya beberapa jam, kemudian berubah lagi kok. Makanya, harus bisa mengontrol sebaik mungkin. 

---
Pelajaran yang aku ambil meski baru beberapa minggu berada di sini yaitu untuk saling menghargai kebiasaan dan budaya setempat. Meski kita tau perihal sesuatu, lebih baik simpan dulu. Barangkali kita menemukan ilmu baru yang belum kita miliki. Sejauh apapun asal kita, tetaplah merendah di tempat lain apalagi tempat yang baru. Terus, kalau merasa lelah lebih baik istirahat dulu wkwk. Jangan hantam-hantam saja, kan bukan robot hehe.
---

So, semangat yaaa buat kita dimanapun dan apapun yang kalian lakukan. Semoga senantiasa berada dalam lindunganNya.

Happy Friday, everyone~

See you in the next post...

LUV.
ZF

You May Also Like

0 comments